Post views: counter

Rabu, Juni 22, 2016

Balada di Negri Predator

poto bareng Dato Seri Lilawangsa
yang selalu memberi semangat I
Wartawan adalah sebuah profesi pekerjaan yang mulia, sebuah profesi yang mengantarkan kabar untuk kecerdasan orang banyak, namun tahukah pembaca bahwa menjadi wartawan yang diperhitungkan tidak segampang membalikan telapak tangan, butuh proses panjang, IQ yang cerdas dan kemampuan mengolah kata yang baik.

Menjadi wartawan juga tidaklah mudah, khususnya dinegri dimana pemimpin dan pejabatnya berjiwa arogan, terkadang kritik yang dituangkan seorang jurnalis di berbagai media, justru ditanggapi dengan tindakan luar biasa. membantahkan pejabat yang namanya tertulis di media itu ? jawapannya tidak, bahkan dengan kepongahan sang pejabat tak jarang sang jurnalis dikejar, dipukuli bahkan tak jarang seorang jurnalis itu berakhir dengan gelar almarhum. 

Seperti yang aku alami beberapa bulan lalu, hanya mengkritik permainan dana BOS yang dilakukan oleh seorang pejabat setingkat kepala bidang (kabid) di dinas pendidikan kabupaten langkat, bukanya sang pejabat melakukan hak bantah atas pemberitaan itu melainkan oknum ditenggarai mengirimkan segerombolan preman mendatangi rumahku, mengobrak abrik sofa dan ruang tamu, dan membuat anak lelaki sematang wayang trauma tingkat tinggi.

Kemarin, setelah kejadian berlalu, aku bertemu dengan pejabat yang kumaksud, kutanyakan apa maksudnya mengirim para preman untuk mengancamku atas pemberitaan itu, malah dengan enteng pejabat itu mengatakan "mana ada aku mengirim preman untuk menghabisimu, mungkin orang yang simpatik sama aku barangkali yang menyerangmu, lagian kau tak mau aku ajak bekawan beginilah jadinya" ujarnya enteng.

*wartawan dilindungi oleh UUP No 40/199*

Secara terangan-terangan, dewan pers mengatakan bahwa seorang wartawan dilindungi haknya dalam meliput pemberitaan, namun faktanya dinegri langkat, undang-undang sekaliber UUP No 40/1999 hanya berlaku sebagai dokumen, faktanya wartawan yang melakukan pemberitaan berbau kritik yang tajam akan berakhir seperti onggokan sampah jalanan, bener kata pameo "ini langkat bung, gurindamya melebihi serampang 12, hati hati dalam melakukan peliputan jika tak mau berakhir di peti jenazah"  (piliang) mantan jurnalis Top Metro Media Network saat ini menulis blog

NEXT ARTICLE Next Post
This Is The Oldest Page
NEXT ARTICLE Next Post
This Is The Oldest Page
 

Advertising

Delivered by FeedBurner